Dahulu kala di masa Lampau , bersama ayahanda seseorg yang menjadi Gadis harapan melukis langit di samping hadirnya mentari dari ufuk timur , lekukan awan tersebut tidak pernah pudar bahkan sampai hari ini sampai dimana seorg ayahanda berlalu bersama hilang.

Seorg Gadis ini hanya diberi sebuah janji bahwa dirinya tidak akan pernah bersedih selepas kenangan nya terenggut bersama seorg ayahanda . hanya saja , ketika semua detik itu berdebu seperti kemarau yang menggebu-gebu menyusuri perbatasan waktu.

Seorang Gadis ini tidak pernah menemukan kembali  kalimat terindah yang persis di lantunkan oleh seorg ayahandanya . dan tak pernah lagi di temukannya . padahal dalam ingatannya masih teukir jelas sebuah memori.

Kenapa ayah begitu bergegas sekali menghadap waktu ? apa sebuah giliran telah tuhan nyatakan ?
Sungguh , yang maha benar lebih tahu mengapa ayah lebih dulu di banding aku.

Tetapi .. arrggh , sial !
Belum kutunjukan juga sesuatu itu di tanggal 18 november . huhu :”””””(

Selayaknya waktu memanggil namamu mengucap syahdu arti akan hadirmu , aku masih selalu mengingatmu di palung hatiku :”)