Papah, untuk sekali-kalinya dalam hidupku. papah pernah mengantarku pergi ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor. aku merasa menyesal dengan posisi hatiku saat itu. mengapa aku menyesal? aku menyesal karena merasa sedikit malu dengan keadaan papa yang belum mandi ketika pergi mengantarku sekolah. 

“Arrggh, itu pemikiran paling bodoh seantero dunia. bagaimana bisa aku malu memiliki super hero” lebih tepatnya itu yang ingin aku katakan saat ini. aku memang merahasiakan perasaan ini pada papah. betapa menyebalkannya, hal itu pernah terlintas difikiranku.

Moment saat itu hanya terjadi sekali seumur hidup. tidak akan ada kesempatan kedua untuk membuat hal itu terulang kembali. Akhirnya, akupun diingatkan kembali tentang sikap kepahlawanan papah dengan adanya sebuah kejadian. tepatnya kejadian tersebut terjadi pada tanggal 5 Desember 2012. hari itu detergen untuk mencuci di mesin cuci habis dan aku harus membelinya. 

Kemudian akupun pergi ke sebuah minimarket terdekat. namun aku tidak bisa menemukan detergen formulasi khusus tersebut. akupun berniat mencarinya di minimarket lain. karena melawan arah, akupun menggunakan jasa ojek. kesan pertama saat aku terangkan tempat tujuanku terlihat tidak menyenangkan karena tukang ojeknya ketus. sesampainya disana, aku biarkan tukang ojek tersebut menungguku karena membeli detergen tidaklah lama.

Tak lama kemudian, aku berhasil  mendapatkan detergen yang aku cari. akupun memberitahu tujuanku selanjutnya yaitu rumahku. seperti paranormal, tukang ojek tersebut menjawab dengan ketus lagi. seolah ia sudah mengetahui letak rumahku sebelumnya. tibalah sampai tujuan yaitu home sweet home. aku membayar jasa ojek itu senilai 3ribu rupiah karena aku terburu-buru aku mengeluarkan nominal satu lembar 2000 dan beberapa uang logam. 

Tukang ojek itu menggerutu dan tidak menerima uang yang aku berikan. ia berkata “ sabaraha ieu neng? “ dalam bahasa Indonesia berarti “berapa ini neng?” akupun menjawab “3000 bang” kemudian tukang ojek tersebut berkata “ kenapa ini receh semua” begitu mendengar perkataannya aku memeriksa kembali saku bajuku rupanya aku memberikan ia uang senilai 2400 aku berniat mengatakan “ ini bang kurang uangnya ternyata” 

Namun tukang ojek tersebut lebih dulu menggerutu dan melemparkan uang recehan yang kuberikan itu keatas tanah. padahal jika ia tidak melakukan hal tersebut aku akan memberikan ia uang tambahan. tukang ojek tersebut meninggalkanku dengan keadaan hati yang patah. akupun memungut kembali uang yang telah ia lemparkan.

Realitanya, papah tidak mungkin melakukan hal menyebalkan seperti itu. tukang ojek tersebut memang berorientasi pada nafkah dan rupiah namun papah mengantarku dengan orientasi cinta. disampaikan kepada tukang ojek sedunia. kalian harus mencintai profesi kalian dan tidak lupa untuk memberikan pelayanan terbaik pada konsumen. 

Ojek itu udah ngga ada atapnya minta bayaran selalu ingin lebih mahal dari angkot. memang lebih cepat sampai ke tujuan. namun jangan berlebihan ketika minta uang jasa. pengalaman ini mengingatkanku ketika untuk yang pertama kalinya sekaligus yang terakhir bagi diriku diantar ke sekolah oleh papah. ketika mengantarku pergi ke sekolah aku melihat senyum papah yang memancar di wajahnya. 

Ini seperti kerelaan hati seorang papah untuk mengantar anak tercintanya hihi. ini menjadi pengalaman sekali seumur hidup. karena setelah itu beberapa bulan kemudian papah sakit-sakitan dan akhirnya motornya dijual.
Aku selalu ingat dalam benakku tentang kejadian ini. terkadang mengingatnya malah membuat air mataku meleleh. kesalahanku di masa lalu adalah aku pernah “tidak menyadari” bahwa papah adalah seorang pahlawan. lelaki paruh baya itu, yang aku cintai hari demi hari setiap hari. “Bukan Pahlawan Kesiangan” 
Ayah, Bukan Pahlawan Kesiangan
Father is My Own Hero
Syukuran di Bulan Maret : Sang Patriot di Kehidupan Kami
Bandung, 30 Maret 2014
Widya Herma