Jauh sebelum film si bolang tayang di TV. Aku udah sering melakukan ekspedisi lebih dulu bersama teman-teman sepermainanku di sawah. Itu berarti aktivitasku sudah menjawab pertanyaan masa depan. wkwwkkk
Disaat anak-anak masa kini terdiam menatap layar gadget, justru Aku di usia seperti mereka sekarang belum pernah menyentuh gadget. Alasannya ya karena Aku emang ga punya. Terlepas dari zona masa lalu dan zona masa kini. Segala sesuatunya tetap memiliki sisi positif yang harus selalu disyukuri. Ini bukan sejenis pembelaan terhadap masa lalu dan masa kini. Ini hanya perspektif dari seorang anak manusia yang sering main di kebon sebut saja orang itu adalah Aku.
Balik lagi ke topik semula, Di dalam peradabanku dulu, tepatnya ketika aku masih duduk di bangku kelas 2 SD di tahun 2002, air selokan begitu jernih dan bersih. Saking jernihnya air selokan itu, Aku bisa ngaca di atas airnya. Sangat jarang ditemui sosok bernama sampah di selokan saat itu.
Selain di selokan, Aku juga seneng bermain di Sawah. Ketika padi-padi di sawah sedang hijau-hijaunya, Aku selalu memanfaatkan waktu untuk menangkap banyak belalang. Belalang-belalang itu kemudian aku kumpulkan dalam satu wadah.
Tatkala ada belalang yang sekarat, Aku dan Asri, temen kecilku. buru-buru meracik sebuah ramuan handal yang bukan ala nenek moyang tapi buatan kita sendiri. Ramuan itu adalah daun belimbing yang ditumbuk dan dicampur air sampe halus.
Ketika dihidangkan di hadapan para belalang, mereka menyantapnya dengan lahap yang kemudian kondisi mereka membaik dari sebelumnya. Ini sungguh keajaiban! Yang awalnya belalang-belalang itu terkapar lemas tiba-tiba saja setelah ramuan itu diminumkan, mereka kembali pulih dan bisa melompat kesana kemari.

“Ih, Daun Belimbingnya dimakan sama belalangnya” ucap Aku terpukau
“Iya ih. Aku ga nyangka. Sesuatu banget ya.” Jawab Asri menirukan gaya syahrini

Mungkin kalo tahun saat itu sudah menunjukkan di angka dua ribu belasan percakapan antara kami kurang lebih ya seperti ini. wkwkwk Itulah sekilas cerita penyelamatanku terhadap hewan yang ada di sawah. Sedangkan di selokan Aku sudah pasti tidak akan menemukan belalang dong. Justru hewan yang Aku temukan disini adalah kepiting sawah.
Yap! Aku kembali melancarkan aksiku dengan menangkap kepiting sawah. Sebelumnya Aku gak tau kalo kepiting yang Aku tangkap ini adalah seorang bumil alias ibu hamil. Secara gitu gak ada tulisan yang menyiratkan kalo dia lagi hamil. *ngeles*
Berbekal tekad yang bulat dan semangat yang dahsyat akhirnya Aku berhasil menangkap satu kepiting sawah. Segini juga udah perjuangan bangetlah. Kepiting sawah kan doyan sembunyi dan malu-malu kepiting gitu. Apalagi Aku nangkep kepitingnya pake tangan kosong ga pake sarung tangan kain yang dipake abang-abang yang lagi bangun rumah.
Setelah berhasil menaruh kepiting tersebut di dalam rantang. Rantang? Hmm.. kira-kira kata apa yang mungkin pantas untuk mendeskripsikan benda tersebut. Yang jelas, namanya adalah rantang. Benda ini adalah sejenis wadah yang terbuat dari besi dan sepertinya benda ini bersaudara dengan baskom. *penjelasan yang naif*
Aku mulai memperhatikan kepiting ini dengan seksama meski tidak dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Perutnya nampak buncit dan menggembung. Mirip sekali seperti kucing yang sedang hamil.
Keisenganpun tiba-tiba datang seiring berjalannya waktu. Aku sangat penasaran sebenarnya kulit yang ada di belakang kepiting itu apa fungsinya. Apakah ini hanya cangkang atau bahkan brangkas? *tanya dalam hati*
Aku membuka bagian tersebut dengan tangan Aku secara hati-hati. Alhasil, apa yang terjadi? Anak-anak kepiting pun lahir ke muka bumi. Sungguh sesuatu hal yang tidak pernah Aku sangka-sangka. Bahwa seorang widya baru saja melakukan tindakan kemanusiaan pada kepiting betina ini. Lebih tepatnya Aku telah membantu persalinan ibu kepiting sawah ini. WOW!!!
Aku sangat senang, ibu kepiting ini dikaruniai momongan yang cukup banyak dan mereka lucu-lucu. Pokoknya saat itu perasaanku bener-bener tak menentu. Terpancar kebahagiaan dan rasa haru yang menyatu menjadi satu. Mungkin sebenernya ibu kepiting juga merasakan apa yang Aku rasakan dan bahkan ia juga malah sambil meneteskan air mata dan berteriak. “Wahai anak-anakku ini ibumu sayaaaang.”
Kisah Perjuangan Membantu Persalinan Ibu Kepiting Sawah
Source : Google
Singkat saja, “Harapanku untuk baby kepiting-kepiting ini semoga kelak dia jadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa perkepitingan dan juga jadi anak yang selalu berbakti pada orangtuanya.”
Sungguh Aku bener-bener berharap yang terbaik bagi para baby kepiting. Bahkan Disela-sela Aku menuliskan tulisan ini, Aku masih berfikir bagaimana keadaan mereka sekarang. Setelah belasan tahun Aku tidak berjumpa dengan bayi-bayi kepiting itu. Apakah yang terjadi disana? Apakah kepiting-kepiting yang dulunya bayi-bayi mungil itu sudah melahirkan ratusan generasi perkepitingan? Entahlah.