Apakah kamu pernah merasa ditolak gebetan ketika mengungkapkan perasaan? atau pernah merasa ditolak juga ketika hendak melamar seseorang? atau pernah merasa tertolak karena tidak berhasil masuk ke universitas impian? atau pernah juga merasa ditolak karena tidak sesuai dengan ekspetasi perusahaan ketika melamar sebuah pekerjan? Dan selanjutnya akan selalu ada banyak atau.. atau.. lainnya berkaitan penolakan.
Jika kamu pernah mengalaminya, SELAMAT! kamu bukanlah satu – satunya makhluk di muka bumi yang mengalami sebuah penolakan. Di dunia ini begitu banyak penolakan dalam dunia nyata yang pastinya pernah dialami setiap orang, siap tidak siap. mau tidak mau. Setiap orang seolah dipaksa untuk berteman dengan realita dari Kisah Nyata yang ada.
Sudah menjadi stigma dan paradigma nyata bahwa setiap manusia tidak bisa menerima penolakan. Dan itulah mengapa manusia mengenal rasa kecewa. Namun, manusia yang baik bukanlah manusia yang tidak pernah merasa kecewa. Melainkan manusia yang dilanda rasa kecewa namun dia hadir dan bangkit untuk berusaha serta memaafkan keadaan.
Selain menyisakan rasa kecewa, ternyata penolakan juga memberikan pelajaran dan hikmah di dalamnya. Dua hal ini yang justru seringkali dilupakan. Padahal manusia menghadapi penolakan agar dia dapat belajar banyak hal dari setiap penolakan yang diterimanya.
Lalu kita pun mulai bertanya – tanya, Apa itu Hikmah? Kenapa sih kok setiap orang yang tahu akan kesedihan kita berkata “Ambil Hikmahnya Aja!” Padahal hikmah bukanlah sebuah barang berharga yang dapat ada di gerai elektronik. Kalo aku sih lebih menganggap hikmah adalah sebuah makanan. Kenapa makanan? Hahaha ini bukan karena aku lagi merasa lapar ketika menulis ini lho ya.
Bagaimana Melihat Hikmah Dalam Sebuah Penolakan
Tapi aku lebih ngerasa bahwa hikmah adalah sebuah Makanan. Karena bagiku, hikmah adalah sesuatu yang harus dicerna. Faktanya, Kita baru bisa menyimpulkan sebuah hikmah ketika kita sudah “menerima” sebuah penolakan tersebut. Dalam artian lain, menerima itu yaitu ikhlas terhadap penolakan tersebut. Sama halnya seperti apa yang kita makan.
Kita baru bisa mengetahui dan menyimpulkan rasa makanan tersebut seperti apa ketika kita sudah selesai mencicipinya. Dan hikmah yang datang selanjutnya ketika kita sudah mencicipi makanan tersebut adalah hadirnya rasa kenyang. Namun jangan harap kita bisa bicara apapun tentang rasa makanan tersebut bila kita tidak pernah mencicipinya.
Itulah kenapa, kita tidak suka pada orang – orang yang berkomentar tentang apa yang menimpa pada diri kita. Padahal mereka hadir bukan untuk memahami atau mencicipi hikmah dari posisi kita yang sebenarnya. Namun terlepas dari orang – orang yang datang hanya untuk menyapa rasa kecewa, percayalah, akan selalu hadir seseorang yang dengan tawanya membuat kita bahagia.
Kalo bercermin pada diri sendiri, dan mengingat – ingat kembali hal – hal yang sudah pernah dialami. Aku juga pernah mengalami rasa kecewa yang luar biasa. Merasa tertolak dari kehidupan ini. Dan baru bisa mengambil hikmahnya 100% setelah 3 tahun kejadian itu berlalu. Lama amat ya!
Proses penerimaan hikmah setiap orang tentu memiliki proses yang berbeda – beda. Itulah mengapa perenungan adalah tempat yang baik untuk dikunjungi. Karena darisanalah kita akan semakin menyadari darisanalah sebuah hikmah bermuara.
Terhadap semua penolakan yang menimpa. Pastikan diri kamu untuk selalu melakukan persiapan ya! Bawa bekal wawasan dan kedewasaan sebanyak – banyaknya biar cepat – cepat mencicipi hikmah tanpa perlu menunggu lama. Selalu semangat ya! Tulisan ini didedikasikan untuk diri sendiri lebih tepatnya. Dan sangat berterimakasih bila ada yang sudah meluangkan waktunya untuk membacanya. Maafkan bila tidak sebaik kata – kata motivator terkemuka. Karena ini hanyalah postingan blog biasa dari seorang blogger yang mengalami sebuah perenungan.