Widyaherma.com – Cinta adalah kata paling abstrak di dunia. Karena setiap orang tentu menerjemahkan cinta dengan makna yang berbeda. Bicara soal cinta, banyak orang berkata bahwa cinta adalah segalanya. Berkat cinta semuanya menjadi indah. Yap, itu memang ungkapan yang tidak salah.

Tetapi bila berbicara tentang bagaimana kita menjalin hubungan dengan pasangan. Ternyata cinta memang bukanlah yang terpenting. Lebih tepatnya, hati kecilku berbisik bahwa perasaan maupun sikap saling memahami jauh lebih penting ketimbang perasaan cinta itu sendiri.

Kenapa demikian? Karena kebanyakan perpisahan terjadi bukan karena kedua belah pihak berhenti saling mencintai. Namun, lebih kepada bagaimana kedua pasangan tersebut kehilangan momentum untuk saling memahami satu sama lain.

Jadi, siapapun kamu yang membaca tulisan ini. Luangkan waktu sejenak untuk berbicara empat mata bersama pasangan. Tatap matanya dalam – dalam, kemudian lihatlah pantulan diri kamu di dalam kelopak matanya. Selanjutnya, ingat – ingat kembali alasan utama mengapa kamu memilihnya. Karena dengan begitu, kamu akan lebih tersadarkan kembali akan tanggung jawab terhadap pilihan yang kamu pilih.

Faktanya, cinta di usia muda akan sangat kontras berbeda dengan cinta di usia dewasa. Mungkin saat dahulu, ketika kamu masih berusia belasan dan belum genap menyentuh kepala dua. Kamu merasa bahwa dahulu cinta begitu sederhana. Kamu bahkan bisa berbahagia hanya karena hal kecil semata. Misalnya bahagia saat kamu mendapatkan coklat dari si dia atau bahagia saat kamu mendengar kata – kata manis yang keluar dari mulutnya.

Ketika Perasaan Saling Memahami Lebih Penting Daripada Perasaan Cinta Itu Sendiri
Source : Pixabay[dot]com

Akan tetapi, setelah menjelang dewasa atau bahkan dewasa. Mungkin saja kamu berfikir dan bertanya – tanya mengapa seolah cinta tak lagi sederhana. Begitu banyak pertimbangan ini itu yang membuat kamu merana. Bahkan untuk memahaminya saja kamu tak sanggup karena hal itu membuat kamu kelelahan.

Sebenarnya, cinta akan selalu sederhana selamanya. Cinta akan sesederhana seperti biasanya. Hanya saja paradigma alias pola fikir yang membuatnya kian sangat jauh dari kata sederhana. Saat dewasa, mungkin saja kamu akan merasa bosan dengan ucapan cintanya yang selalu terulang setiap hari.

Karena kebahagiaanmu justru tidak terletak dari seberapa banyaknya jumlah ungkapan cinta yang ia lantunkan setiap waktu. Kebahagiaanmu justru bergantung pada jumlah angka di dalam saldo rekeningmu. Bahkan kata – kata yang kamu nantikan bukan lagi ungkapan cinta melainkan kalimat “Mah, uangnya udah papah transfer ya.”

Baca juga : Saya Bersyukur, Ibuku Tidak Bertanya ‘Kapan Saya Nikah?’

Kita semua tahu bahwa memang tak akan pernah bisa memiliki cinta yang sempurna. Tapi kita selalu bisa mencintai dalam kesederhanaan. Sesederhana memahami setiap penggalan kata yang terucap dari mulutnya. Sesederhana berbagi remot tv saat berada di sofa bersamanya. Sesederhana ucapan selamat pagi saat membangunkannya.

Mulai sekarang, cobalah untuk memanajemen emosi dan meningkatkan kualitas pemahaman pada pasangan. Karena hanya dengan memahami, kamu akan tahu pasti apa yang kamu miliki. Itulah mengapa perasaan memahami yang kadarnya menguat jauh lebih penting dari rasa cinta itu sendiri. Karena saat kamu memahami pasanganmu, secara otomatis kamu telah mencintainya.

Demikian tulisan singkat yang tiba – tiba terlintas di fikiran saat tengah menerawang langit – langit kamar. Tulisan ini hanyalah opini. Selebihnya widya hanya berharap tulisan ini dapat menginspirasi. Terima kasih yang sudah berkenan untuk membaca. Jika dirasa tulisan ini memberikan manfaat, silahkan tekan tombol sharing social media di bawah ini. Sekali lagi, Terima kasih 🙂