Astra dan Perjalanan Hidup Seorang Widya Herma – Beberapa tahun yang lalu, saya pernah terjebak dalam sebuah kemelut kehidupan yang menyebabkan Saya tidak memiliki uang sepeserpun. Sedih memang, uang yang didapat hanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja. Jangankan untuk berpikir bagaimana membeli sepatu baru, rasanya sudah bisa makan 2x seharipun sudah sangat bersyukur.

Iya, jadi Saya waktu itu bersama ibu Saya berjualan seblak ke sekolah. Dan jarak rumah dengan sekolah terbilang jauh. Sebenarnya bisa saja naik ojek, tapi rasanya kalau naik ojek hanya akan mengurangi uang yang didapat. Akhirnya diputuskanlah untuk berjalan kaki.

Selangkah dua langkah rasanya biasa saja, makin lama, makin jauh dan makin lelah juga. Tapi mau gimana lagi, keadaan yang memaksa untuk terus berusaha. Kalau tidak jualan seblak, biasanya jualan gorengan yang dititip ke warung terdekat. Namun yang namanya menitip dagangan tentu tidak bisa selalu berharap bahwa gorengan yang dititipkan habis terjual.

Selain itu, terkadang Saya juga terjun ke sawah untuk menangkap tutut. Hewan air tawar yang biasanya ada di sawah. Bentuknya sama persis dengan keong Cuma ukurannya lebih kecil dari keong racun hehehe

Dan yang namanya keinginan untuk mengubah nasib ke arah yang lebih baik akhirnya membawa Saya pada keputusan lain. Saya pun memutuskan untuk bekerja di Bandung. Memang bukan sesuatu yang wah banget kalo Saya memutuskan kerja di Bandung. Pasalnya Saya ini kan tinggal di kabupaten Sumedang masih sama-sama berada di pulau Jawa.

Hanya saja, ya itu tadi, keputusannya cukup berat karena itu berarti Saya harus berpisah dengan ibu Saya. Singkat cerita, Saya bekerja di daerah kebon kelapa, Bandung. Waktu itu, Saya memutuskan untuk tinggal sementara bersama nenek yang tinggal di Dago. Mengingat Saya pun belum mendapatkan upah karena baru bekerja. Apalagi saat itu juga masih masa training, belum 3 bulan bekerja.

Akan tetapi, masalah yang harus saya hadapi kemudian adalah jarak antara tempat kerja dengan tempat tinggal. Sungguh ongkos yang harus diluarkan begitu besar, mengingat rumah nenek tidak berada di posisi yang dekat dengan jalan raya. Sehingga untuk bisa sampai ke jalan raya harus memanfaatkan tukang ojek. Akhirnya untuk sementara waktu mencoba membobol isi tabungan yang ada.

Setelah 3 bulan berlalu, Saya pun memutuskan untuk kost di dekat tempat kerja. Berharap bisa menstabilkan keuangan dan tetap bisa membahagiakan ibu dengan upah seadanya yang dipunya. Sesekali pulang ke rumah dan sungguh perjuangan yang luar biasa karena dari Bandung menuju ke Kabupaten Sumedang terbilang jauh.

Beberapa waktu kemudian, tepatnya setelah 2 tahun bekerja disana, pada akhirnya Saya harus mulai mengambil keputusan yang lain. Saya pun pindah pekerjaan, namun takdirnya adalah lagi-lagi tempat kerjanya jauh sekali dengan tempat kost.

Bingung kalau harus pindah kost, pasalnya lokasi kerjanya tidak berada di tempat yang strategis. Jadinya kalau kemana-mana, pastinya akan jauh. Termasuk kalau mau pulang ke Kabupaten Sumedang. Kemudian terlintaslah di pikiran untuk membeli motor.

 

Beat FI yang menemani hari-hariku

 

Kalau dibilang sempet hopeless, iya banget. Karena memang uang yang dipunya seadanya dan harga motor tentunya mahal. Akhirnya setelah konsultasi ke Federal International Finance (FIF) yang merupakan perusahaan pembiayaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Astra.

Saya pun memutuskan untuk membeli produk motor dari Astra dengan cara dicicil. Sebelum membeli motor, sempet khawatir kalau cicilannya akan mahal banget dan takut ga sanggup bayarnya. Tapi berhubung kakak sendiri menyarankan untuk ke FIF akhirnya Saya pun mendapatkan banyak informasi yang dibutuhkan tentang cicilan motor Astra.

Ternyata, cicilannya itu terjangkau banget. Saya bahkan bisa tetap ngekost dan melakukan perjalanan kesana kemari dengan mudah. Bahkan kalau diperhitungkan, ongkosnya jadi lebih murah karena bensin motor Beat FI yang merupakan produk Astra ini irit banget bensinnya.

 

Moto Beat Kesayanganku

 

Dalam seminggu, Saya bolak balik tempat kerja yang di Sarijadi ke Kalipah Apo, Saya cukup isi bensin 15 ribu saja hehehe udah gitu, kalau Saya ada keperluan lain yang mengharuskan untuk mengunjungi suatu tempat, motor Beat FI kesayangan Saya ini bisa diandalkan banget. Body nya ramping, mesinnya awet. Dipake nyalip diantara kemacetan, oke banget!

Dan sekarang ini, Saya sudah resign dari tempat kerja yang di Sarijadi. Saya memutuskan untuk menjadi seorang freelancer. Dan lagi-lagi motor beat FI kesayangan Saya ini membantu Saya untuk terbebas dari rasa khawatir saat melakukan perjalanan di banyak tempat sekaligus.

Kita tahu sendiri kan kalau cuaca itu 100% ga menentu, sedangkan Saya harus bertemu dengan banyak orang di tempat yang berbeda. Ya kali, Saya mau bilang nungguin hujan reda dulu kalau pas kebetulan mau meeting tapi tiba-tiba ujan. Hehehe

Nah, dengan keberadaan Beat FI ini, Saya jadi sangat terbantu dengan bagasi motor yang dimilikinya. Kapasitasnya muat banyak, Saya bisa isi bagasi itu dengan jas hujan, bahkan Saya juga isi dengan sendal jepit hehehe

Begitu banyak kemudahan yang ditawarkan oleh Astra. Saya sangat senang sekaligus bersyukur. Sekarang kalau pulang ke rumah Ibu, Saya bisa dengan mudah melakukan perjalanan dengan mudah dan cepat.

Pastinya selama perjalanan 60 tahun Astra. Sudah banyak orang yang telah terinspirasi dan berjuang menjadi lebih baik lagi. Terima kasih untuk segalanya, Astra. Sudah berhasil menjadi jalan bagi Saya untuk berjuang lebih baik lagi.

Oh iya, dalam rangka menyambut ulang tahun ke-60, Astra mengadakan program Pewarta Astra 2017 dan Lomba Foto Astra dengan tema “Inspirasi 60 Tahun Astra”. Bagi yang ingin mengikuti, dipersilahkan. Karena inilah kesempatan terbaik kamu untuk berbagi inspirasi dengan yang lain.