Program Desa Bebas Api Dari APRIL Indonesia Mampu Menekan Kebakaran Pada 2017 – Program Desa Bebas Api yang digagas oleh APRIL Indonesia kembali memperlihatkan manfaat besarnya. Kegiatan ini lagi-lagi terbukti mampu menekan tingkat kebakaran. Hal itu terjadi lagi pada 2017.
APRIL Asia merupakan salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di dunia. Per tahun, mereka sanggup memproduksi pulp sebanyak 2,8 juta ton dan kertas sebanyak 850 ribu ton.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, APRIL Pulp mengelola perkebunan sendiri dengan konsep terbarukan. Lahan seluas 476 ribu hektare yang dikelola bersama dengan 40 mitra pemasok jangka panjang dipergunakan sebagai kebun pohon akasia.
Berkat itu, APRIL Indonesia mampu memenuhi kebutuhan bahan bakunya secara mandiri. Mereka tidak mendapatkan kayu dari hasil pembalakan liar atau pembukaan hutan. Praktik deforestasi sangat dijauhi oleh APRIL.
APRIL Asia melakukannya karena menyadari bahwa kelestarian lingkungan merupakan hal krusial bagi bisnis maupun umat manusia secara umum. Mereka tahu persis bahwa alam akan mampu memberi lebih banyak ketika terus dirawat dan dijaga.
Akan tetapi, ada tantangan nyata yang dihadapi oleh APRIL Pulp di depan mata. Dengan basis operasi di Sumatra tepatnya di kawasan Pangkalan Kerinci, provinsi Riau, mereka mengalami sendiri berbagai jenis insiden kerusakan alam. Salah satunya adalah kebakaran lahan dan hutan.
Hal ini bahkan menjadi masalah yang pelik. Saking susah diatasi, kebakaran lahan dan hutan seakan menjadi tradisi yang terus terulang setiap tahun. Ketika musim kemarau tiba, biasanya api akan berkobar melahap rimba dan sekitarnya.
Kejadian mengenaskan itu memang terjadi akibat berbagai sebab. Faktor alami seperti kekeringan dan suhu panas memang sering memicu api berkobar. Namun, tangan-tangan manusia juga kerap menyebabkan kebakaran.
Harus diakui, ada kebiasaan buruk yang dimiliki oleh warga masyarakat di sekitar hutan. Mereka sering sengaja membakar untuk membuka lahan pertanian. Hal inilah yang kerap memicu kebakaran lahan yang besar.
APRIL Asia merasa prihatin dengan kondisi tersebut. Maka, sejak 2014, mereka menggagas Program Desa Bebas Api sebagai upaya untuk menghilangkan kebakaran lahan dan hutan.
Pada intinya, Program Desa Bebas Api merupakan upaya untuk mengantisipasi kebakaran dengan melibatkan masyarakat secara aktif. Berbeda dari langkah lain yang hanya bersifat reaktif, dalam inisiatif ini , publik diajak untuk aktif mencegah supaya api tidak berkobar.
Saat itu, APRIL Pulp memulainya dengan menggelar Program Desa Bebas Api di desa Sering, Pulau Muda, Teluk Meranti, dan Teluk Binjai. Sebagai daya tarik, APRIL memberi insentif kepada desa berupa dana hibah untuk pembangunan infrastruktur antara Rp50 juta hingga Rp100 juta jika mampu menjaga wilayahnya aman dari kebakaran selama musim kemarau.
Program ini ternyata berhasil. Tingkat kebakaran di sana menurun drastis. Pada 2015, lahan yang terbakar hanya tinggal 15,8 hektare. Sebelumnya pada 2014, ada kawasan seluas 97 hektare yang dilalap si jago merah.
Kesuksesan itu akhirnya membuat APRIL Indonesia semakin bersemangat untuk menggelar Program Desa Bebas Api. Akibatnya, upaya pencegahan kebakaran ini telah meluas dan semakin membesar.
Tentu saja ada dampak positif yang dihasilkan. Bukti nyata adalah melihat tingkat kebakaran di area konsesi APRIL Pulp selama 2017. Menurut data dari tim manajemen dan perlindungan api strategisnya, sejak Juli hingga September 2017, luas lahan yang terbakar di kawasan tersebut menurun hingga 92 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Keberhasilan yang dicatat bukan hanya itu. APRIL Asia menemukan bahwa rata-rata ukuran lahan yang terbakar semakin mengecil. Pada 2016, kawasan yang dilahap api rata-rata seluas 6,1 hektare. Namun, pada 2017, luasnya menurun hingga hanya 1,6 hektare belaka.
MENERUSKAN TREN POSITIF
Penurunan tingkat kebakaran yang terjadi pada 2017 meneruskan tren positif yang terjadi. Sebelumnya situasi serupa sudah dialami. Sejak Program Desa Bebas Api dicanangkan oleh APRIL Indonesia, luas lahan dan hutan yang terbakar terus berkurang.
Sebagai contoh adalah laporan hasil riset independen yang dilakukan oleh Carbon Conservation. Konsultan yang berbasis di Singapura ini menemukan bahwa luas lahan yang terbakar di kawasan yang mengadaposi Program Desa Bebas Api terus menurun.
Pada 2014, Carbon Conservation mencatat kebakaran terjadi di area seluas 618 hektare. Luas itu menurun menjadi 53,6 hektare pada 2015. Sedangkan pada 2016, luas lahan yang terbakar kian menyusut hingga tinggal 45,76 hektare ketika kawasan Pulau Muda dikesampingkan.
Jejak positif itu terus meningkat pada 2017. Hal itu pun sejalan dengan temuan Badan Nasional Penangggulangan Bencana. Mereka menengarai ada kesuksesan dalam upaya menekan tingkat kebakaran. Penurunan lahan yang terbakar pada 2017 mencapai 50 persen ketika dibandingkan dengan kondisi pada 2016. Ini berarti lahan yang terbakar semakin mengecil.
Program Desa Bebas Api menjadi salah satu faktor penting dalam penurunan tingkat kebakaran. Pasalnya, semakin lama, kawasan yang dicakup semakin luas. Hal itu tidak lepas dari penambahan desa yang berpartisipasi dalam upaya pencegahan kebakaran yang digagas oleh APRIL Asia ini.
Perlu diketahui, pada 2017, Program Desa Bebas Api mencakup lahan seluas 750 ribu hektare di Riau. Cakupan itu didapat berkat partisipasi 18 desa dalam program tersebut.
Dari jumlah itu, sembilan desa di antaranya berasal dari area sekitar Pulau Padang. Selain itu, ada sembilan desa yang sudah mengikuti Program Desa Bebas Api selama dua tahun. Mereka sudah bisa membentuk Masyarakat Tangguh Api yang merupakan tanda kemampuan desa untuk mencegah maupun memadamkan kebakaran dengan baik.
Bersamaan dengan itu, selama 2017, APRIL Pulp juga berhasil memperkenalkan Program Desa Bebas Api kepada 50 desa lain. Lewat sejumlah kegiatan seperti pemutaran film, kunjungan ke sekolah, dialog dengan masyarakat sekitar dan seminar, APRIL berhasil menanamkan kesadaran tentang bahaya kebakaran kepada warga desa.
Partisipasi aktif masyarakat dalam mencegah kebakaran memang amat penting. Ketika warga ikut aktif mengamankan wilayah masing-masing dari api, lahan yang terbakar berkurang dengan drastis.
Meski begitu, aksi konsisten APRIL Indonesia dalam memantau kondisi lahan dan hutan tidak bisa disepelekan. Mereka terus-menerus melakukan penjagaan terhadap lahan dan hutan di Riau supaya tidak terbakar.
Baca: Serunya Gathering Netizen MPR dan Blogger BDG di Hotel Aston Tropicana Bandung
Untuk melakukannya, APRIL Asia memanfaatkan penginderaan titik api melalui satelit. Pada 2017, mereka tercatat menemukan 245 titik panas. Namun, dari jumlah itu, sesudah dicek secara langsung di lapangan, tidak ada kebakaran yang terjadi.
Bukan hanya itu, APRIL Pulp juga menyiagakan tim khusus untuk merespons kebakaran dengan cepat. Tidak kurang dari 600 orang dengan kemampuan profesional untuk memadamkan api rutin memantau 26 estate di Riau.
Mereka semua tergabung ke dalam Sistem Komando Inside (Incident Command System/ICS) yang merupakan manajemen kebakaran lahan dan hutan terintegrasi. Di dalam ICS terdapat panduan dan prosedur tata cara penanganan kebakaran yang benar.
Digabung dengan pelaksanaan Program Desa Bebas Api, upaya APRIL Indonesia ini membuahkan hasil positif. Saat ini tingkat kebakaran terus menurun. Fakta pada 2017 menjadi contoh terbaru. Diharapkan pencapaian serupa atau yang lebih baik akan digapai pada 2018.