Peran Finansial Dalam Kesehatan Mental – Semenjak rumah di renovasi, saya bersama suami dan anak semata wayang saya pun memutuskan hijrah sementara ke rumah mertua. Bagi kebanyakan orang, tinggal bersama mertua seringkali jadi sesuatu yang kurang menyenangkan.
Namun saya bersyukur, karena mertua saya begitu baik, bahkan tak hanya baik, beliau juga menganggap saya sebagai anaknya sendiri. Karena kebaikannya, maka tak heran bila banyak orang yang curhat tentang permasalahannya ke mama mertua saya, karena mama mertua saya dikenal sebagai pendengar yang baik.
Salah satu yang cukup sering bertandang ke rumah mama mertua adalah adik iparnya, atau kalau saya memanggilnya dengan sebutan bibi. Kebetulan memang rumahnya pun cukup berdekatan, kurang lebih 300 meteran jaraknya.
Setiap kali berkunjung ke rumah, selalu adaaa aja cerita yang diceritakan oleh bibi saya kepada mama mertua saya. Sebenarnya saya tidak pernah bermaksud menguping pembicaraannya, namun karena pembicaraan dilakukan di ruang tengah, ditambah saya juga sambil menjaga anak saya yang bermain bola. Jadinya mau tak mau, saya akhirnya mendengar apa yang dibicarakan.
Seringkali topik pembicaraan, tidak jauh dari permasalahan hidup yang kalau ditarik benang merahnya, tak lain dan tak bukan, justru terjadi karena masalah keuangan. Jujur, saya cukup miris mendengar ceritanya, terutama cerita ketika bibi harus berhutang untuk memenuhi kebutuhan di rumah.
Meskipun kedua anaknya sudah menikah dan berkeluarga, namun salah satu anaknya yang telah berkeluarga, ada yang tinggal bersamanya. Dan tak jarang, hal itu seringkali memicu persoalan.
Bayangkan saja ada dua keluarga yang tinggal seatap dengan permasalahan keuangan yang sama, tentunya akan selalu ada konflik didalamnya, karena salah satu diantara keduanya tidak ada yang bisa menjadi solusi bagi permasalahan keuangan. Dan seringkali diambil jalan pintas sementara untuk mengatasi permasalahan keuangan yaitu dengan berhutang.
Sebenarnya, tidak ada masalah dengan yang namanya berhutang, asalkan…. Kita tahu strategi untuk melunasinya. Namun, berhutang juga bisa jadi berbahaya, ketika berhutang tanpa tahu strategi apa yang harus dilakukan untuk melunasinya.
Terlepas dari itu semua, saya jadi semakin menyadari bahwa kondisi finansial ternyata bisa berperan penting dalam kesehatan mental. Karena tak jarang, orang-orang dengan masalah finansial tertentu bisa terjerumus ke dalam berbagai gangguan kesehatan mental seperti:
- Mengalami Depresi
- Mengalami kecemasan berlebih
- Mempengaruhi pola asuh orang tua
- Menutup diri karena rasa malu dan segan
Untuk itu, maka salah satu solusi terbaik adalah dengan melakukan perencanaan keuangan untuk proteksi diri. Sebagai orang yang juga masih sama-sama belajar menata keuangan dengan bijak. Saya ingin sedikit berbagi terkait tips perencanaan keuangan versi Widya Herma
- Jika sudah berumah tangga, pastikan uang dipegang oleh suami/istri yang dirasa lebih mahir dalam mengelola keuangan. Karena jika ranahnya adalah tentang mengelola keuangan, maka disini kita bicara mengenai kemampuan, jadi pastikan serahkan pada ahlinya ya.
- Selalu pasang target, misalnya usia 30 tahun ingin memiliki rumah, lalu di usia 35, dana Pendidikan anak untuk jenjang SD sudah harus selesai dsb
- Pisahkan antara kebutuhan dan keinginan
- Miliki tempat penyimpanan atau rekening yang berbeda untuk setiap pos keuangan
- Pastikan untuk memiliki dana darurat
- Tambah lagi keran penghasilan tambahannya, karena bisa jadi bukan susah ngatur uangnya, tapi memang uangnya tidak cukup untuk memenuhi setiap kebutuhan
- Miliki asuransi jiwa dan asuransi kesehatan, karena ini akan sangat membantu untuk mengcover kebutuhan yang tak terduga, seringkali nabung aja ga cukup untuk dijadikan sebagai andalan, tentunya kamu akan butuh sesuatu yang luar biasa seperti asuransi, untuk mengatasi kondisi tak terduga, misalnya ketika ada yang sakit atau bahkan mengalami kecelakaan.
- Manfaatkan diskon dan promo, lumayan banget sisa uangnya nanti bisa digunakan untuk pos kebutuhan yang lain
Pengalaman Membuat Perencanaan Keuangan untuk Proteksi Diri
Di dalam kehidupan berumahtangga, saya dan suami termasuk yang antipati terhadap patriarki, jadi segala sesuatunya dilimpahkan memang karena bidang keahliannya, bukan karena ‘harus’ tapi karena mampu.
Salah satunya adalah mengenai pengelolaan keuangan di rumah, keuangan dipegang dan diatur oleh suami saya, tapi untuk pengeluaran apapun, tetap harus ada approval/persetujuan bersama. Termasuk keputusan untuk memilih asuransi yang tepat.
Karena saya dan suami sadar, kalau hanya mengandalkan tabungan, rasanya ga akan mungkin untuk bisa meng-cover hal tak terduga. Maka kami pun coba memilah dan memilih asuransi yang tepat, yang pastinya ramah di kantong pula preminya hehehe
Dan pas banget, FWD Insurance, yang merupakan pioneer asuransi jiwa online dengan proses klaim mudah, baru saja berulang tahun yang ke 29 di akhir bulan Juli kemarin. Jadinya saya kan penasaran aja gitu, siapa tau ada promo gitu, gumam saya dalam hati.
Dan benar saja, FWD Insurance mengadakan program undian berhadiah #ProteksiOn Lucky Draw dimana setiap nasabah punya kesempatan emas untuk memenangkan berbagai hadiah spektakuler untuk mendukung passion kamu seperti mobil Toyota Raize, sepeda Brompton, iPhone 12 Pro Max, iPad dan paket liburan serta kesempatan bertukar pengalaman seputar passion bareng ahlinya.
Oke, jadi berkaca pada pengalaman saya dan suami saya di masa lalu sebelum sama-sama bertemu, kami benar-benar tidak ingin mengulang apa yang menjadi habit orang tua kami di masa lalu, yang mana sama sekali tidak punya perencanaan keuangan, dan hidup dengan value “gimana nanti aja”
Bahkan saya punya momen tak terlupakan, ketika di masa kecil, ayah saya sakit2an komplikasi, mulai dari kencing manis, diabetes, asam urat dsb lalu di tengah kondisi seperti itu kami juga mengalami krisis keuangan yang mana menyebabkan saya sampai terlambat bayar SPP. Alhasil, perhiasan yang saya miliki seperti anting saat itu harus diserahkan untuk dijual, demi mengatasi keuangan.
Sedangkan moment yang tak terlupakan bagi suami saya adalah ketika orang tuanya harus berhutang sana-sini demi bisa membayar uang kuliah. Dan dari kejadian antara saya dan suami maka kami memutuskan untuk bisa memiliki asuransi.
Bagi kami, sehat secara finansial adalah hal krusial yang harus diperjuangkan. Maka, jangan pernah berhenti belajar untuk menata keuangan, sekalipun terasa rumit awalnya, dan harus corat-coret di kertas atau bahkan otak atik aplikasi keuangan sana-sini, tapi hasilnya pasti akan lebih membahagiakan ketika mengetahui bahwa ternyata sehat secara finansial itu bukan hal yang mustahil lho.
Dan saat ini, alhamdulillah nya kami sudah memiliki asuransi kesehatan untuk keluarga kami dan sekarang kami juga lagi excited banget sama program-program asuransi dari FWD Insurance yang bisa mendukung kami dalam #BebaskanlangkahBerani dengan passion yang selalu On. Kapan lagi coba nemu asuransi dengan premi yang sangat terjangkau, mulai dari 10ribu aja buibuuuuu.