“Sayang, anak kita demam”, ucap suami ketika saya baru saja keluar dari kamar mandi. Saya pun bergegas ikut menaruh tangan ke dahi dzikra, anak semata wayang kami yang berusia 3 tahun. “Iya ya, suhu tubuhnya tinggi.” Imbuh saya berulang kali, seolah mengiyakan pernyataan suami. Tak lama kemudian saya pun mengambil thermometer gun, dan mendapati bahwa suhu tubuhnya di angka 38.0 derajat.

Sebagai seorang ibu, tentunya kenyataan tersebut semakin membuatnya resah. Pasalnya, masalah yang datang akibat dampak dari pandemic juga belum usai, lalu tiba-tiba marak beredar berita “tidak amannya” obat sirop untuk anak, saking tidak amannya katanya bisa sampai menimbulkan gagal ginjal akut pada anak.

Awalnya, saya berniat untuk nekat tetap membeli obat sirop dengan dalih bahwa obat sirop penurun panas anak langganan Dzikra ini sudah ia konsumsi dari bayi, jadi terbukti cocok karena biasanya ketika diminumkan 2x saja suhu tubuhnya langsung stabil kembali. Lalu merk obat itu juga tidak ada dalam daftar sebagai obat yang tidak aman dan telah direkomendasikan oleh banyak dokter anak. Akan tetapi, pemberitaan obat anak yang mengandung cemaran  bahan pelarut, memukul rata semua brand obat sirop penurun panas anak, yang semula mudah didapat, berubah menjadi benar-benar tidak diperjualbelikan.

Alhasil, dzikra yang biasanya bisa sembuh lebih cepat dari demamnya, jadi sembuh lebih lama, karena ia bahkan tidak mau dikompress sama sekali, ditambah lagi suhu tubuhnya bukannya malah turun malah makin meningkat, ada fase dimana suhu tubuhnya nyaris menyentuh angka 39 derajat. Dan itu membuat saya  sebagai ibunya sangat was-was, terlihat jelas badannya lemas sekali, tidak mau makan apapun, terus-terusan minum air namun bibirnya tetap pecah-pecah karena pengaruh suhu tubuh yang tinggi.

Setiap malam, atau bahkan di waktu tidur siangnya sekalipun, tak henti-hentinya Dzikra mengigau bahkan jadi lebih sering rewel karena merasa tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya sendiri. Dan Ketika anak sulit mendapat kenyamanan saat tidur, berdampak juga pada orang tuanya, yang jadi sulit beristirahat dan merasa repot sepanjang waktu.

Balita yang biasanya ceria dan periang pun, berubah menjadi balita yang pendiam dan mengkhawatirkan . Bahkan, sempat juga mengalami muntah beberapa kali diselingi dengan batuk. Kalau ingat moment paceklik sirup obat pada pertengahan akhir 2022 lalu, rasanya memang terasa sulit untuk bisa berdamai dengan situasi tersebut.

Alhamdulillah nya, Dzikra pun berangsur-angsur sembuh, walau harus dengan waktu yang cukup lama dari biasanya yaitu sekitar 5 harian. Hal ini sempat membuatku, sebagai ibunya merasa lega, walau tidak menampik akan kekhawatiran selanjutnya kalau-kalau suhu tubuhnya naik lagi. Karena jujur saja, kala itu adalah pertamakalinya Dzikra demam tanpa mengonsumsi obat sirop langganannya sama sekali.

Berlalunya Masa Paceklik Obat Sirop Anak

Mengingat lonjakan Gagal Ginjal Akut Pada Anak (GGAPA) terus bertambah di rentang waktu Januari – Oktober 2022 tentunya bikin para ibu jadi khawatir untuk memberikan obat sirop untuk anak. Begitupun saya yang semula menganggap hal ini bukan masalah yang serius, tapi setelah mengikuti pemberitaan dan melihat makin banyak anak-anak yang mendapat vonis Gagal Ginjal Akut Pada Anak (GGAPA) rasanya bikin merinding juga, karena ternyata dampaknya semasif itu.

Rupanya kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak (GGAPA) terjadi karena oknum perusahaan supplier kimia tidak bertanggungjawab, yang mengganti pelarut Propilen Glikol (PG) / Propilen Etilen Glikol (PEG) dengan Etilen Glikol (EG) / Dietilen Glikol (DEG). Alhasil, obat yang kita harapkan bisa menjadi jalan kesembuhan, justru menjadi awal penyebab dari gangguan kesehatan anak.

Beruntungnya, hal itu kini telah berlalu, karena Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) bersama dengan Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan Pakar Farmakologi telah menyelenggarakan acara Dialog Interaktif Kesehatan: Sirop Obat Aman Untuk Anak, bertempat di Royal Kuningan Hotel, Jakarta, pada 21 Maret 2023.

Dialog Interaktif dengan Tokoh Kesehatan

Dimana dalam gelaran acara tersebut, hadir narasumber terpercaya yakni ibu Dra. Tri Asti Isnariani, Apt, M. Pharm selaku Direktur Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor & Zat Adiktif (ONPPZA) dan Plt. Direktur Registrasi Obat, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia yang pada kesempatan tersebut memaparkan bahwa kasus cemaran EG/DEG yang ditemukan dalam sirop obat sejak Oktober 2022, telah berhasil ditangani dengan baik.

Sehingga para ibu, tak perlu lagi khawatir akan keamanan obat sirop untuk anak. Terlebih BPOM juga telah melakukan langkah-langkah antisipatif, diantaranya:

  • Intensifikasi surveilans mutu produk
  • Penelurusan dan pemeriksaan terhadap sarana produksi dan distribusi obat
  • Pemberian sanksi administrative
  • Melakukan verifikasi pemastian mutu terhadap sirop obat yang beredar

Untuk mengetahui detail obat apa saja yang telah terbukti aman, bisa dilihat di laman website atau sosial media resmi BPOM. Dengan adanya transparansi informasi dari Lembaga resmi seperti BPOM, tentunya Moms dan para bunda dimanapun berada, tidak perlu takut atau ragu lagi untuk memberikan obat sirop kepada anak.

Selain kabar baik yang dipaparkan oleh ibu Dra. Tri Asti Isnariani, Apt, M. Pharm diatas, ada pula pemaparan dari bapak Prof. apt. I Ketut Adnyana, Msi., Ph.D selaku Guru Besar farmakologi – Farmasi Klinis, Institut Teknologi Bandung yang menjelaskan  bahwa kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak (GGAPA) juga bisa disebabkan oleh faktor lainnya seperti :

  • Kondisi kesehatan pasien (riwayat penyakit)
  • Alergi terhadap suatu bahan tertentu
  • infeksi (termasuk Covid-19)
  • Status nutrisi (dehidrasi), obat, makanan, logam berat, toksikan (EG/DEG dari berbagai sumber)
  • Dsb

Intinya bisa dipastikan bahwa Gagal Ginjal Akut Pada Anak (GGAPA) bisa juga dipengaruhi oleh faktor lainnya. Dan faktor satu-satunya bukan hanya karena cemaran obat sirop anak. Harapannya para ibu juga tetap waspada terhadap faktor lainnya yang bisa mengakibatkan Gagal Ginjal Akut Pada Anak (GGAPA).

Lain cerita dengan penjelasan dari Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) yang justru mengungkap fakta bahwa sebenarnya GGAPA sudah ada sejak lama. Meskipun sudah lama terjadi, namun BPOM telah melakukan verifikasi ulang terhadap beragam obat yang beredar per November 2022 lalu. Jadi para ibu bisa lebih tenang untuk memberikan obat sirop untuk anak.

Baca: Tips Wujudkan Bahagiamu dalam Hidup

Sedangkan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, bapak apt. Noffrendi Roestram, S.Si menuturkan bahwa meskipun saat ini tidak ada lagi kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak (GGAPA) masal yang terjadi, namun selalu pastikan agar masyarakat selalu membeli obat sirop di apotek resmi, atau membeli obat yang disesuaikan dengan resep dokter.

Dari gelaran pertemuan yang menghadirkan beragam tokoh Kesehatan tersebut, bapak Tirto Kusnadi selaku Ketua Umum GP Farmasi Indonesia menutupnya dengan kesimpulannya bahwa saat ini sirop obat aman untuk anak. Agar tidak menimbulkan masalah kesehatan, dianjurkan untuk selalu mengonsumsi obat sesuai dengan aturan pakai. Selain itu, beliau juga menghimbau untuk para anggotanya agar selalu menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Benar (CPOB) beserta cara pendistribusiannya. Sehingga kejadian ini tak perlu terulang kembali di kemudian hari.

  • Sumber Dokumentasi: Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI)
  • Instagram: @gpfarmasi.id