Sebagai manusia yang lahir di bumi pertiwi, betapa bangganya aku menyadari bahwa Indonesia adalah negeri yang makmur dengan tanah yang subur. Bahkan sebuah syair lagu menggambarkan bahwa tongkat, kayu dan batu yang ditanam di tanah Indonesia, bisa tumbuh subur.

Dengan kesuburannya itulah, Indonesia bisa menempati rangking ketiga sebagai negara dengan hutan hujan tropis terbesar ke-3 di dunia. Menariknya, keberadaan hutan hujan tropis tersebut tidak hanya berlokasi di satu tempat saja, melainkan  bisa ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, seperti Papua, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera.

Yang mana, hutan hujan tropis tersebut menjadi tempat tinggal terbaik bagi para satwa dan tumbuhan endemik, seperti bunga rafflesia arnoldii, anggrek hitam (coelogyne pandurate), pohon damar (Agathis dammara), tumbuhan liana, pohon ulin (Eusideroxylon zwageri), pohon eboni (diospyros celebica), pohon sonokeling (Dalbergia latifolia), tumbuhan paku, teruntum, meranti, anggrek hutan dan masih banyak tumbuhan unik lainnya.

Selain daripada keanekaragaman hayati yang dimiliki, hutan hujan tropis juga memberikan dampak baik bagi kehidupan manusia, karena mampu memasok kebutuhan oksigen yang dibutuhkan manusia. Bahkan menurut sumber terpercaya goodnewsfromindonesia.id, menuturkan bahwa hutan hujan tropis di Indonesia berhasil memproduksi 25-30 persen oksigen untuk dunia.

Disamping hal menarik yang dimiliki oleh hutan hujan tropis di Indonesia, sayangnya kita juga harus berhadapan dengan fakta bahwa hutan hujan tropis di Indonesia ternyata tidak selalu dalam kondisi baik-baik saja. Terdapat ancaman kebakaran hutan dan lahan yang terus menerus terjadi dan telah dimulai dari tahun 1982 untuk yang pertamakalinya, hingga kini.

Dilansir dari laman Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah kehilangan tutupan hutan seluas 956.258 hektar selama periode 2017 – 2021, dimana angka tersebut setara dengan 0,5% dari total daratan di Indonesia. Padahal luas hutan di Indonesia saat ini hanya mencapai 125,76 hektar saja pada tahun 2022. Sehingga jika setiap tahunnya Indonesia kehilangan 1 juta hektar, itu artinya dalam 100 tahunan hutan hujan tropis di Indonesia bisa saja hilang.

Tindakan Perlindungan Menjaga Hutan

Pada dasarnya memang kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi alam seperti musim kemarau, tapi ada juga campur tangan dari aktivitas manusia. Maka dari itu, penting bagi kita semua menjaga hutan Indonesia, karena itu serupa menjaga Cinta-Nya. Tuhan menciptakan tanah yang subur bukan tanpa alasan, tapi agar kita semua sama-sama mencintai kehidupan. Maka dari itu, sudah saatnya kita #BersamaBergerakBerdaya menjaga hutan, sebagai upaya berterimakasih pada Tuhan.

Adapun tindakan yang bisa dilakukan untuk menjaga hutan dan lahan serta melestarikan alam, diantaranya:

  • Reboisasi

 Aktivitas reboisasi sangat penting untuk masa depan hutan selanjutnya, karena seringnya yang terjadi adalah hutan yang telah ditebang dibiarkan begitu saja. Untuk itu, proses reboisasi ini perlu dilakukan secara berkala setelah terjadi penebangan ataupun pada tanah yang tandus. Harapannya di kemudian hari, hutan masih bisa kita nikmati di masa depan.

  • Memberlakukan sistem tebang pilih

Melakukan penebangan dengan sistem tebang pilih, memungkinkan agar ekosistem hutan tetap terjaga. Karena pada konsepnya sistem tebang pilih mengacu pada “memanen yang terbaik dan membiarkan yang lainnya.” Sehingga tidak bisa menebang asal-asalan dan sembarangan.

  • Melakukan patroli hutan

Aktivitas yang satu ini tentunya berupaya untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Dengan adanya patroli hutan, memungkinkan kita untuk mengawasi dan melakukan deteksi dini terhadap hal-hal yang memicu potensi kebakaran hutan.

Baca: Serba – Serbi Kenangan Ekstrim di Hutan Cijanggel Bandung

  • Menjaga kebersihan di hutan

Khususnya jika kamu memang hidup berdampingan dengan hutan, atau justru pergi ke hutan saat berwisata, pastikan kamu tidak membuat sampah sekecil apapun di hutan. Karena biasanya sampah yang dibuang di hutan akan mencemari kondisi tanah di hutan, apalagi jika sampah tersebut adalah sampah plastik yang jelas-jelas sulit terurai. Selain itu, sampah yang dibiarkan di hutan, nantinya akan mengurangi jumlah resapan air hujan.

  • Meminimalisir penggunaan kertas

Kita sama-sama tahu bahwa bahan pokok pembuata kertas adalah selulosa, yang mana selulosa ini biasanya terdapat pada kayu. Maka, dengan mengurangi penggunaan kertas, setidaknya kita bisa meminimalisir penebangan pohon. Akan lebih baik, jika di zaman seperti saat ini,  kita lebih mengedepankan aktivitas yang sifatnya lebih paperless.

Demi mewujudkan masa depan #UntukmuBumiku, yuk #BersamaBergerakBerdaya menjaga hutan!