Bicara mengenai pahlawan, tentunya tak pernah ada habisnya. Karena makna pahlawan sendiri tentunya selalu memiliki perspektif yang luas. Adalah Egi Gantira, sosok yang menjadi alasan dimana saya ingin bercerita tentang makna pahlawan yang sesungguhnya.
Tanpa terduga, seolah seperti takdir semesta yang berbicara, saya bertemu dengannya melalui e-mail. Yap, saat itu Egi, begitu saya akrab menyapanya. Tengah melamar pekerjaan yang kebetulan sedang kami (saya dan suami) buka, sebelumnya saya ingin sedikit bercerita, bahwa saya dan suami membuka jasa pengelolaan sosial media, yang mana saat itu saya tengah mencari graphic designer.
Ketika saya membuka e-mail, saya mendapatkan e-mail dari Egi, saya tertarik dengan pribadinya yang aktif berorganisasi, dan beberapa portfolionya yang walau belum terbilang bagus, namun cukup untuk menjadi pertimbangan.
Hari itupun tiba, suami saya menemui Egi di sebuah kedai, kebetulan saya tidak bisa ikut karena masih memiliki batita. Awalnya, suami saya terkejut karena Egi ternyata penyandang disabilitas, ia seorang tuna rungu yang juga pernah menjadi korban limbah batu bara di Sumedang. Sehingga kulitnya melepuh dan tulang kakinya bengkok.
Melihat hal itu, suami saya kembali berdiskusi dengan saya pasca pertemuan tersebut. Sedikit meragu, namun ingin mencoba memberikan kesempatan baru bagi Egi. Karena saya dan suami yakin bahwa setiap orang butuh yang namanya kesempatan, terlepas dari kondisinya saat itu.
Selama bekerja di tempat kami, Egi merupakan sosok yang selalu tepat waktu dan gigih dalam pekerjaannya, tidak pernah pulang sebelum benar-benar menyelesaikan pekerjaannya. Akan tetapi, memang dari segi komunikasi cukup terkendala karena kesulitan dalam pendengaran.
Disamping kondisi seperti itu, Egi juga menjadi tulang punggung keluarga yang harus membiayai kehidupan dirinya, orang tuanya dan orang-orang disekitarnya, mengingat ayahnya pergi meninggalkannya. Dengan kebutuhan di keluarga yang tak pernah ada habisnya, pada akhirnya memang Egi tidak bisa bertahan lebih lama lagi untuk kerja di tempat kami.
Ketika pertama kalinya ia mengucap niatan resign, saya sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi. Mengingat saya juga masih merintis dalam bisnis, maka dari segi salary pun belum bisa menyesuaikan dengan angka cukupnya Egi.
Ditambah dari segi performa pun ternyata memang graphic design bukanlah bidang yang bisa Egi tekuni lebih dalam lagi. Sempat juga saya dan suami ikhtiar untuk memindahkannya ke divisi lain seperti divisi optimasi sosial media, tapi memang saya sadari bahwa ini bukanlah jalan yang bisa Egi nikmati.
Akhirnya Egi resign, walaupun memang sebenarnya dia tak ingin. Namun keadaan memilihnya untuk mengambil keputusan tersebut. Dan saat ini, Egi memutuskan untuk banting setir menjadi driver online, kerja kerasnya begitu luar biasa. Meski sudah tidak sering berkomunikasi, saya selalu lihat semangatnya dari whatsapp story yang dia unggah. Bahkan Ketika yang lain terlelap, egi sudah mulai berjuang di jalanan.
Pada akhirnya saya hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya, berharap kegigihannya tidak pernah pudar. Bagi saya, meski tanpa kesempurnaan fisiknya, Egi adalah pahlawan yang sempurna di mata saya. Ia rela menanggalkan seluruh ego dan keinginannya berkuliah, lantas memilih fokus untuk menafkahi keluarganya.
Nah, jika teman-teman memiliki sosok pahlawan yang teman-teman ingin ceritakan, jangan sungkan untuk mengikuti kontes blog Aplikasi Super, karena siapa tahu kamu bisa membantu mewujudkan impian terbaik pahlawanmu. Kalau saya pribadi, saya berharap Egi bisa mendapatkan alat bantu dengar yang layak, untuk membantu dia berkomunikasi dengan pelanggan driver online nya. Sehingga banyak hal akan terasa lebih mudah, dalam prosesnya menjemput nafkah.