Tidak seperti biasanya, kemarau kali ini berjalan lebih lama dari biasanya. Karena kemarau panjang ini, saya jadi punya kebiasaan baru, yaitu hobi melihat derajat suhu cuaca hari itu. Dan benar saja, makin kesini angka yang muncul makin tinggi, yang biasanya Bandung itu berkisar di 28 derajat jika di siang hari ini, kini bisa menyentuh angka sampai 35 derajat.
Lalu kalau mau dibandingkan dengan kota lain, kebetulan 3 tahun terakhir, saya pernah pergi ke Yogyakarta, saat itu suhu di siang harinya sudah menyentuh angka 34 derajat, lalu apa kabarnya suhu sekarang? Mungkin bukan sesuatu yang mustahil bisa mencapai angka 40 derajat, jika dikaitkan dengan kondisi sekarang. Akhirnya makin kesini, jadi makin sadar akan perubahan suhu di berbagai daerah di Indonesia.
Oh iya, selain hobi cek suhu cuaca saat itu, saya juga jadi sering menemukan meme-meme satir di fyp tiktok bertuliskan “Jika suhu cuaca makin panas, apakah ini tanda Tuhan menaikan derajat kita?” kedengarannya satir ya? Padahal yang dimaksud derajat disini tuh harusnya adalah kedudukan, bukan suhu cuacanya. Tadinya pengen tertawa, tapi kok realitanya terasa pahit di lidah ya. Hiks…
Melihat fenomena seperti saat ini, membuat kita menyadari bahwa penanganan terhadap isu perubahan iklim dan perlindungan hutan nampaknya menjadi sebuah PR yang tak pernah terselesaikan dari tahun ke tahun. Bukan cuma tidak selesai, tapi makin kesini dampaknya makin mendekat dan terasa begitu nyata.
Dampak Perubahan Iklim
Jika dulu saya menganggap bahwa kebakaran hutan hanya ada di Kalimantan dan perubahan iklim hanya akan menimpa wilayah yang di dalamnya banyak didirikan gedung – gedung kaca, justru sekarang hal itu jadi salah kaprah.
Baca: Menjaga Hutan Indonesia Serupa Menjaga Cinta-Nya
Di wilayah Kabupaten Bandung yang notabene saya huni sekarang saja, sudah banyak terjadi masalah yang diakibatkan oleh perubahan iklim dan kebakaran hutan. Seperti halnya yang belum lama terjadi yakni kebakaran hutan, yang tak jarang, asapnya menimbulkan polusi udara yang turut membahayakan kesehatan masyarakat.
Seringkali yang perlu dipahami bahwa satu masalah perubahan iklim dan berkurangnya perlindungan pada hutan bisa menghasilkan dampak yang berkali-kali lipat terhadap kehidupan umat manusia. Terbukti, kemarau panjang kali ini seolah memperlihatkan ‘banyak hal’ dari apa yang bisa terjadi di masa mendatang jika iklim mengalami perubahan ekstrim dan hutan benar-benar hilang.
Dampak perubahan iklim bisa menimbulkan kondisi yang tidak menyenangkan seperti menurunnya kualitas udara dan air, berkurangnya oksigen, mewabahnya penyakit yang disebabkan kenaikan suhu dan cuaca seperti malaria, kolera dan demam berdarah. Lalu lahan pertanian maupun hutan menjadi tidak produktif karena munculnya hama dan cuaca yang tidak menentu.
Upaya Mengatasi Perubahan Iklim dan Perlindungan Hutan
Saat ini kebutuhan solusi terhadap isu perubahan iklim terbilang darurat. Bagaimanapun juga, planet bumi menjadi satu-satunya planet yang bisa kita huni. Sehingga tak ada tempat lain bagi kita untuk menjalani kehidupan selain di planet ini. Dan dengan banyaknya isu perubahan iklim yang tidak teratasi, justru mengakibatkan planet ini menjadi tidak layak huni. Untuk itu, perlu diupayakan solusi yang dapat mengatasi berbagai dampak perubahan iklim.
- Memanfaatkan energi terbarukan
Untuk memanfaatkan energi terbarukan, kita bisa memulainya dengan langkah kecil seperti menggunakan lampu-lampu yang sudah menggunakan tenaga surya. Selain itu, bisa juga memanfaatkan penggunaan genset yang telah didukung energi bio gas.
- Membatasi konsumsi daging
Hal kecil yang mungkin kita sadari adalah bahwa mengonsumsi daging yang berlebih bisa berdampak pada perubahan iklim. Terlebih emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas peternakan seperti produksi daging sapi dan produksi susu sapi, bisa melebihi emisi karbon yang dikeluarkan kendaraan bermotor.
- Mengurangi limbah makanan
Sisa makanan yang kita buang ke tempat sampah, ternyata tidak pernah-pernah selesai begitu saja. Sisa makanan tersebut kemudian akan menjelma mennjadi limbah makanan yang dapat menghasilkan jejak karbon dari 3,3 miliar metrik ton karbodioksida (CO2). Maka dari itu, mengurangi limbah makanan adalah bagaimana kamu membeli sesuai porsi yang dibutuhkan dan pastikan semuanya dimakan tanpa sisa.
- Menghapus email secara berkala
Bagaimana bisa menghapus email secara berkala bisa menjadi tindakan positif dalam mengatasi perubahan iklim? Nyatanya semua aktivitas yang terjadi di internet membutuhkan listrik yang bersumber dari pengolahan batubara. Dan bisa dibayangkan berapa banyak email yang tidak dihapus oleh penggunanya yang kemudian menghasilkan banyak kilowatt hours listrik.
Analoginya apabila setiap orang di dunia menghapus 1000 email, hal itu akan melonggarkan kapasitas penyimpanan sebesar 1,725GB. Yang mana menurut kalkulasi dari laman cnnindonesia, bahwa 1000 email setara dengan 32 kWh listrik.
Selanjutnya didukung data dari The Good Planet juga bahwa email yang tak dihapus oleh penggunanya, walau hanya satu email saja, perkiraannya dapat menghasilkan 0,3 gram CO2. Dengan angka seperti itu, maka bukan hal yang mustahil bila dari 1 orang saja, bisa menghasilkan banyak CO2 yang signifikan jumlahnya.
Baca: Serba – Serbi Kenangan Ekstrim di Hutan Cijanggel Bandung
- Menerapkan konsep Reduce, Reuse, Recycle
3R atau Reuse, Reduce, Recycle mungkin bukan konsep yang pertamakali kita dengar. Tapi hal ini memang sangat penting untuk meminimalisir dampak perubahan iklim. Untuk aktivitas reuse kita bisa mulai dengan menggunakan kembali plastik kantong belanja yang kita miliki secara berulang, sebagai upaya menekan angka pemborosan.
Sedangkan untuk aktivitas reduce bisa dimulai dengan membeli produk-produk dengan kemasan yang bisa dipergunakan kembali, jadi bukan hanya sekali pakai saja. Selanjutnya bisa juga dengan menggunakan produk yang dapat diisi ulang. Misalnya saja alih-alih membeli air mineral kemasan, kamu bisa mencoba untuk mengonsumsi air mineral melalui tumblr atau botol minum yang kamu bawa, yang nantinya bisa kamu isi ulang kembali.
Baca: Menjaga Alam Tetap Tersenyum, Semudah Membalikkan Telapak Tangan
Lalu dalam konsep recycle atau daur ulang, bisa dilakukan melalui aktivitas pengolahan kembali terhadap sesuatu yang kita anggap sampah. Misalnya mengolah kembali sampah kertas menjadi karton, mengolah sampah organic menjadi kompos, atau bahkan bisa juga mengolah sampah menjadi bahan kerajinan bernilai jual.
Harapan Orang Muda Indonesia untuk Bumi Tercinta
Sebagai #MudaMudiBumi, tentu tidak banyak yang bisa dilakukan selain memulai langkah-langkah kecil yang bisa dimulai dari rumah. Maka dari itu, harapan saya tentunya agar kita bisa sama-sama #TeamUpForImpact dalam melindungi bumi dan mengatasi perubahan iklim ini dengan tindakan kecil yang bisa kita mulai bersama-sama. Alih-alih perfeksionis ingin melakukan hal yang besar, jika kemampuan saat ini baru mendukung untuk hal kecil, tidak ada salahnya dengan mulai #BersamaBergerakBerdaya mengaplikasikan kelima solusi yang tertuang dalam poin-point diatas.
Jangan pernah berpikir bahwa tindakan kecil itu tidak berarti, karena bumi ini adalah planet kita, maka hanya kitalah yang paling bertanggungjawab untuk melindunginya. Dan untuk itu, saya akui bahwa saya tidak bisa melakukan sendirian, saya membutuhkan dukungan dari teman-teman untuk memastikan bahwa bumi tetap layak huni dan memberikan kenyamanan dan kedamaian dalam hidup ini. Intinya, yuk mari bersama-sama memulai perubahan yang nyata #UntukmuBumiku karena kalau bukan sekarang, kapan lagi?